CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 28 September 2011

Berkat Fanatisme terhadap “Si Bundar”

Setiap orang memiliki hobi atau kesukaan terhadap sesuatu, antara satu orang dengan satu orang yang lainnya pasti berbeda. Bahkan beranekaragam, karena begitu heterogennya. Latar belakang seseorang menyukai suatu hal pun berbeda-beda. Sebagian orang suka terhadap suatu hal karena ikutan-ikutan atau istilahnya sedang ngetren di jamannya, jadi musiman. Sebagian orang lagi menyukai suatu hal itu sepanjang masa atau sudah melekat pada dirinya. Seseorang yang menyukai sesuatu secara melekat dan sepanjang masa bisa dibilang fanatik terhadap hal itu. Maka dari itu lahirlah sikap fanatisme pada setiap orang. Sebuah fanatisme memang sangat perlu,namun kita harus bisa menepatkannya pada kondisi yang benar. Dalam beragama kita perlu memiliki rasa fanatisme pada agama yang kita yakini. Tujuannya ialah agar iman kita senantiasa kuat dan tidak goyah untuk berpindah ke agama lain. Akan tetapi, itu bukan berarti kita kemudian benci kepada agama lain. Kita tetap menghormati kepada agama lain dan bekerjasama dalam hal yang ada tidak mencampur adukan agama, seperti masalah sosial.
Mungkin akan terdengar aneh bagi orang secara umumnya, seorang perempuan begitu fanatik terhadap sepakbola. Namun, memang begitu keadaannya yang terjadi pada saya. Setiap kali saya melihat berita olahraga, dari televisi khususnya mengenai berita sepakbola Indonesia selalu saja ada berita mengenai kerusuhan yang diakibatkan para suporter bola. Sungguh sangat memprihatinkan melihat kejadian tersebut. Bahkan terkadang ada korban yang berjatuhan karena kerusuhan. Sebuah fanatisme yang harus di bayar dengan nyawa. Sungguh sangat ironis sekali peristiwa tersebut. Sebenarnya perkaranya kadang sepele. Misalnya saling mengejek antara suporter dengan kata-kata yang kurang enak didengar, yang berujung dengan lempar batu, saling pukul dan lain sebagainya. Masalah lainnya ialah tidak puas dengan keputusan wasit. Ada beberapa suporter yang berani turun ke lapangan, sampai-sampai memukul wasit karena kesal dan tidak puas dengan keputusan wasit. Bahkan antara suporter dan polisi yang mengamankan wasit agar tidak terkena amukan suporter, sering terjadi bentrok . Kerusuhan pun tidak dapat terhindari. Terkadang kerusuhan juga ditimbulkan oleh para pemain sepakbola, bahkan pelatih juga bisa berbuat demikian. Akibatnya pun tidak hanya korban jiwa, fasilitas lapangan rusak dan warga sekitar yang tidak tahu menahu pun terkadang ikut menjadi korban. Kalau sudah begitu siapakah yang harus bertanggung jawab.
Seperti itukah wajah sepakbola kita, sedih sekali rasanya. Sangat ironis, Indonesia sebagai bangsa yang besar hanya mengandalkan emosi tanpa menggunakan akal untuk berpikir. Memang sepakbola adalah olahraga paling populer diantara olahraga yang lain. Hampir semua orang menyukainya, baik muda tua, kaya miskin, laki-laki maupun perempuan. Banyak penonton yang menyaksikannya, namun sayangnya sepakbola Indonesia identik dengan kerusuhan. Sehingga, dari uraian saya di atas tadi, sangat tidak mengherankan jika terjadi kerusuhan baik itu pertandingan sepakbola antar kampung bahkan tingkat sepakbola nasional. Sepakbola yang sebenarnya mempunyai tujuan untuk menjalin persahabatan malah berujung pada permusuhan. Hal yang menyebabkannya ialah tingkat sportif sepakbola kita yang masih sangat rendah.
Rasa fanatisme memang dimiliki para suporter untuk mendukung tim kesayangannya. Seperti saya, saya juga memiliki tim favorit. Tidak tahu asalnya dari mana rasa fanatik itu begitu mengalir seperti air. Mungkin karena saya sudah terlanjur jatuh hati pada sepakbolah sejak tujuh tahun yang lalu. Awalnya hanya suka melihat pertandingannya. Lama-lama ketagihan menonton dan lama-lama merasa sangat wajib untuk menonton. Rasanya sangat sedih tidak bisa melihat pertandingannya secara langsung. Walaupun hanya melihat melalui layar televisi saja saya sudah merasa senang. Karena sungguh sangat tidak mungkin saya melihat pertandingannya secara langsung di Inggris. Begitu juga perasaan para suporter yang begitu fanatik dengan tim kesayangan mereka. Apapun mereka lakukan demi bisa menonton tim kesayangan mereka. Namun, rasa fanatisme tersebut terlalu berlebihan. Karena lebih mengarah ke tindakan negatif dan banyak merugikan.
Fanatisme yang begitu tidak terarah memang sungguh menyedihkan jika dirasakan, akan tetapi memang seperti itulah keadaannya. Itu sisi negatif dari sepakbola. Namun, bagi saya dari permainan sepakbola saya belajar beberapa hal. Dari sisi permainan secara keseluruhan maupun dari tiap permainannya, dalam benak saya ada beberapa hal yang bisa dipelajari dan bisa diterapkan dalam kehidupan kita. Setiap orang memiliki cita-cita, harapan dan tujuan hidup. Begitu juga dalam permainan sepakbola, secara keseluruhan tujuannya atau goalseatingnya adalah mencetak sebuah goal. Tujuan akhir dari hidup ini adalah juga untuk meraih cita-cita dan harapan kita. Segala kemampuan dan ketrampilan dikerahkan untuk meraih meraih dan menggapainya. Dalam permainan sepakbola, ketrampilan dalam bermain dengan bagus pun diperlukan untuk mencetak sebuah gol. Orang yang hidup tanpa memiliki cita-cita, harapan dan tujuan hidup seakan-akan orang itu hidup di dunia. Di katakan hampa karena dalam permainan sepakbola jika seseorang tidak punya skill, dia akan sulit untuk mencetak sebuah gol. Setiap orang pernah mengalami kegagalan. Ketika seseorang dihadapkan dalam situasi tersebut, respon dari setiap orang berbeda-beda. Ada yang merespon dengan positif. Situasi kalah dalam permainan sepakbola juga sering dirasakan, karena memang pilihannya hanya kalah atau menang. Keadaan seperti ini harusnya tidak menjatuhkan mental seorang pemain down, justru harusnya menjadi menjadi cambuk agar bisa bermain lebih. Kita juga bisa belajar, tak selamannya hidup ini bahagia, kita juga akan merasakan saat yang menyedihkan juga. Walaupun terlihat sepele, ternyata dari “ Si Bundar” kita bisa belajar beberapa hal yang menjadi semangat bagi kita untuk menjalani hidup ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar